Source gambar : geotimes.id
Generasi masa kini menjadi main course untuk sebuah
sistem peradaban. Artinya mereka tidak hanya sebagai domain pelengkap, figuran,
atau NPC, melainkan menjadi pusat perhatian, pusat daya tawar, society
main value, penentu kesan keseluruhan, dan penentu arah peradaban.
Berdasarkan branding tersebut, tentu generasi muda
masa kini dituntut untuk memahami, mengikuti, atau mengetahui (melek) beragam unit
dan front sektorisasi peradaban.
Termasuk politik, menjadi salah satu bidang penting untuk di
pahami dan diikuti. Politik tidak hanya urusan pemangku kebijakan (pemerintah),
tertapi menjadi wilayah dan hak semua orang untuk menyikapinya, karena
menyangkut kebutuhan dan kehidupan masyarakat sehari-hari. Seperti harga
sandang pangan, kualitas pendidikan, alokasi sumber daya, kebutuhan ketenagakerjaan,
kualitas pertanian dll. Masyarakat berperan sebagai check of balance
sistem politik yang disuguhkan, masyarakat memiliki hak untuk menyuarakan
aspirasi dan kebutuhan.
Generasi masa kini sebagai penentu masa depan, tentu harus tahu
dan terlibat dalam sistem politik, bukan hanya sebagai penonton pasif. Namun
terdapat secerca anggapan bahwa generasi muda masa kini cenderung apatis, tidak
peduli, dan kurang melek politik. Apakah itu dapat dibenarkan?
Tentu untuk menjawab pertanyaan seperti itu kembali pada
penafsiran multi-perspektif berdasarkan valuasi other perspective. Bisa
dikatakan iya, juga bisa dikatakan sangat tidak.
Bisa dikatakan iya jika kurang adanya minat pada isu politik
formal, tidak sedikit anak muda dianggap kurang tertarik dengan diskursus
politik formal seperti partai politik, orientasi pemilu, dan birokrasi
pemerintah. Disamping itu juga terdapat dominasi media sosial masa kini, dimana
pengetahuan dan wawasan politik melalui media sosial cenderung dangkal dan terlalu
mudah dipengaruhi oleh opini populer, bukan berbasis data atau analisis kritis.
Isu tersebut memunculkan pemahaman sekilas (glance understanding) tanpa
analisis kritis yang dikhawatirkan memicu ujaran kebencian.
Ketidakpedulian politik juga dianggap muncul karena rasa
kecewa akan kerugian akibat manipulasi politik seperti kasus korupsi, suap-menyuap
dll. Hal itu menjadikan mereka (generasi muda) memilih untuk acuh dan tidak
peduli (political disengagement).
Namun, tidak sepenuhnya generasi muda seperti itu. Pernyataan generasi yang kurang melek politik tidak sepenuhnya benar dengan perspektif sebagi berikut :
- Kepedulian Isu Sosial Tinggi. Generasi masa kini harus aktif dalam isu politik non-formal seperti lingkungan hidup, hak asasi manusia, keadilan sosial, feminisme, dll.
- Aksi Digital (Digital Activism). Generasi masa kini lebih memilih melakukan kampanye by online, petisi digital, atau influence politics issues di platform maya.
- Gerakan Aktivis Kritis (Organisasi Mahasiswa, Pemuda, dan Aspirasi Masyarakat). Tidak sedikit generasi masa kini terjun dalam kegiatan aktivisme dan manifestasi pemikiran kritis terhadap pemerintah atau tokoh politik.
Generasi muda masa kini berada di ujung lembah yang
memunculkan pelik pertimbangan keputusan, apakah memilih untuk terjerumus pada
keterpurukan atau membersamai kegemilangan masa depan. Langkah terjerumus
diawali dari sifat foya-foya dan terlalu konsumtif pada kemajuan zaman.
Sebaliknya langkah gemilang diawali dari proses panjang, perjuangan, budaya
aktif, kreatif, tidak apatis, dan membuka diri terhadap segala bidang termasuk
politik.
0 Comments