Source gambar : wisata.viva.co.id
Zaman silih berganti menciptakan aneka ragam entitas penuh khususi. Parade kolosal makhluk substansional
sekelas manusia meraba, menjamah, dan menggema setiap hilir ekosistem.
Perjalanan sivilisasi memutar siklus manusia pada
kausalitas yang mereka ciptakan. Impact besar dirasa teramat masif ketika manusia membawa rentetan
perangai yang kemudian meruntun mawaris pada generasi.
Peradaban yang sulit akan mewariskan keperkasaan dan
ketangguhan generasi bak adiraja jayakusuma. Generasi yang hebat akan
menciptakan peradaban yang makmur dan sentosa. Namun, peradaban makmur tidak
mengelak pada ketermunculan entitas penuh keluh, ringkih, dan lunglai. Entitas
generasi tersebut akan memunculkan peradaban sulit berikutnya.
Seperti pernyataan dari G-Michael Hopf: “Hard times create strong men, strong
men create good times, good times create weak men, weak
men create hard times.”
Terdapat secerca dugaan yang menyatakan bahwa generasi masa
kini adalah weak
generation.
Namun apakah hal itu adalah sebuah kebenaran?
Tentu jawaban akan hal itu dihasilkan dari pertimbangan multi-perspektif. Ada yang menganggap itu benar berdasar pada pola perspektif demikian :
- Ketika generasi masa kini mengalami fase keterlarutan akan perkembangan teknologi. Generasi yang terlalu terbuai dengan pemanfaatan teknologi tanpa kebijaksanaan, akan menunjukkan indikasi non-produktivity, konsumtif, dan pasif. Hal ini menjadi indikasi dan assessment bahwa generasi masa kini kurang struggle disbanding generasi sebelumnya.
- Anggapan bahwa generasi masa kini menjadi user kontinyu fasilitasi teknologi sehingga meninggalkan budaya tradisional dan manual, hal itu mengindikasikan tabiat generasi yang tidak mau susah, tidak suka proses, tidak tahan banting, dan cepat menyerah.
- Anggapan bahwa generasi masa kini yang nir-kolaborasi dan nir-empati. Hal ini muncul karena kurangnya rasa empati akibat budaya individual dan self-grativication masa kini. Hal itu bukan tanpa sebab, dikarenakan tingginya ekspetasi dan target akibat mode yang semakin kompleks.
Tapi anggapan tersebut tentu tidak selamanya benar, generasi masa kini memiliki banyak kelebihan diantaranya:
- Tech Savvy. Generasi masa kini memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam menggunakan teknologi modern, terutama digital platform dan media.
- Mudah belajar. Generasi masa kini dinilai mudah belajar akan hal baru karena disertai rasa ingin tahu yang semakin terbuka karena fleksibilitas akses teknologi.
- Lebih kreatif. Generasi masa kini menjadi khalayak yang lebih kreatif dengan pemanfaatan keberagaman teknologi dan kemajuan fasilitas-fasilitas lain.
- Mandiri secara digital. Generasi masa kini memiliki kemandirian mengolah dan memproyeksikan ekosistem digital.
- Relatif open minded dibandingkan generasi sebelumnya. Menjadi atribut yang dinilai dimiliki oleh Sebagian besar generasi masa kini, yaitu keterbukaan pemikiran daripada kekolotan.
- Lebih sadar pada kesehatan, fisik dan mental. Disamping menyandang sebagai generasi yang penuh problematika mental, namun generasi masa kini jauh lebih sadar akan kesehatan dirinya. Hal itu dibuktikan dengan percapakan terbuka di media sosial, maraknya literasi emosional, dan prinsip ketertujuan pada work-life balance.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat menyimpulkan bahwa generasi
masa kini bukanlah "The weak men". Mereka adalah generasi yang menjadi hasil dari
zaman yang berbeda, dengan tantangan, ketertuntutan, manajemen hidup dan bentuk
kekuatan yang berbeda pula. Jika dulu kekuatan adalah fisik dan kepatuhan,
sekarang adalah kreativitas dan fleksibilitas.
Generasi masa kini sebagai pewaris peradaban sebelumnya,
tentu terposisikan sebagai objek penyambut, penyetuju, dan penerus dampaknya.
Juga sebagai subjek yang nanti akan menciptakan siklus-siklus selanjutnya.
Generasi yang dituntut untuk membekali diri menyusun kaliber guna melecutkan
daya pendobrak progressivitas zaman.
REFERENSI :
RN, Wendi Miller. 2024. Gen Z: Sleeping Giants among the
Artist/Hero Hybrid.
0 Comments