Generasi Ideal Masa Kini : Akhlak Tinggi, Kuasai Excessive Quantity Teknologi

Generasi Ideal Masa Kini : Akhlak Tinggi, Kuasai Excessive Quantity Teknologi

Rizky Ahmad Fahrezi


Source gambar : zegen.id

Teknologi berseri-seri, meninggalkan jejak penuh arti, setiap alunan doremi membawa benang sari, cipta imersi cipta potensi, namun apabila tak dikuasai apalah makna hidup kini. Ungkapan tersebut menyiratkan makna bahwa teknologi menjadi sebuah esensi pokok tersendiri dalam kehidupan, disetiap keberadaannya memberikan benih-benih potensi baru, namun apabila tak dimengerti dan dikuasai justru akan menjadi boomerang bagi persona manusia itu sendiri.

Teknologi yang tidak disikapi secara bijak justru akan membawa dampak buruk bagi masyarakat khususnya generasi masa kini. Teknologi dengan digdaya pengaruhnya dibutuhkan kepekaan, ketegasan, dan keahlian untuk mengiringinya. Pengaruh buruk teknologi dirasa dapat mengalir tanpa disadari dan merasuk menjadi paradigma pemikiran amoralitas.

Excessive quantity adalah kondisi jumlah yang berlebihan atau kuantitas yang melebihi batas normal atau wajar. Konteks kelebihan kuantitas teknologi disini, diartikan sebagai sebuah simbolik ketersediaan teknologi yang melebihi ambang batas wajar, ketersediaan bukan tertuju pada teknologi secara fisik, namun tersirat tuju pada arti dampak teknologi yang semakin masif dan excessive di semua lini, berupa dampak terhadap cara berpikir (Cognitive Impact), dampak kepada pattern pola pikir masyarakat masa kini (Effect on Thinking Patterns), dan bahkan dampak terhadap pola tindakan atau kebiasaan (Impact on Habbits).

Contoh real dari dampak Excessive quantity yang mungkin ditemui pada masyarakat masa kini diantaranya:

1. Kecanduan teknologi. Banyak generasi saat ini terlalu sering bermain media sosial, sehingga mengabaikan tanggung jawab (belajar, ibadah, membantu orang tua). Terbentuk sikap hedonisme, narsisme, dan pamer (life-style berlebihan). Mudah terprovokasi atau ikut-ikutan tren negatif.

2. Hilangnya Batas Etika dalam Berpendapat. Tidak sedikit generasi saat ini merasa bebas berbicara di dunia maya tanpa etika, Tidak sopan kepada orang orang lain di platform online. Menghina tokoh agama atau simbol budaya tanpa berpikir panjang.

3. Cyberbullying dan Ujaran Kebencian. Tidak sedikit generasi muda atau masyarakat saat ini terlibat dalam perundungan digital, misalnya menghina orang lain di komentar, menyebar aib atau berita bohong. Hal ini mengikis nilai empati, sopan santun, dan etika berkomunikasi.

Berdasarkan gambaran dari beberapa contoh impact tersebut, ditarik kesimpulan bahwa Teknologi memiliki segudang dampak positif maupun negatif, jika masyarakat khususnya generasi muda mampu secara bijak diarahkan dan mengarahkan esensi diri dalam positioning yang matang untuk menyikapi pesatnya teknologi, maka dampak buruk dari keterlimpahan technology effect akan tereliminir.

Salah satu cara untuk menyikapi efek kemajuan teknologi yang semakin masif, adalah meningkatkan moralitas dan akhlak yang tersasar pada masyarakat masa kini khsususnya generasi muda. Pendidikan akhlak dengan metode yang tepat, menjadi kunci utama agar generasi mampu mengendalikan diri dalam menggunakan media digital dan bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi dan komunikasi untuk hal-hal yang berguna.

Beberapa cara yang mungkin dapat diterapkan oleh elemen pendidik, pemangku kebijakan atau educator untuk memberikan nilai edukasi akhlak pada generasi masa kini adalah :

1. Penerapan Prinsip Keteladanan. Keteladanan adalah salah satu metode yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk generasi di dalam moral, spiritual dan sosial. Pemberian contoh terbaik dalam pandangan generasi yang akan ditirunya dalam tindak-tanduknya dan tata santunnya, disadari ataupun tidak, bahkan tercetak dalam jiwa dan perasaan suatu gambaran persona teladan tersebut, baik dalam ucapan ataupun dalam perbuatan, baik material atau spiritual, diketahui atau tidak diketahui.

2. Penerapan Metode Nasihat. Nasihat dapat membukakan mata generasi pada hakikat sesuatu, mendorongnya menuju situasi luhur, menghiasi dengan akhlak yang mulia dan membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam. Nasihat yang tulus membekas dan berpengaruh, jika memasuki jiwa yang bening, hati terbuka, akal yang bijak, maka nasihat tersebut akan mendapat tanggapan secepatnya dan meninggalkan bekas yang dalam. Pemberian nasihat dapat dilakukan dengan pengadaan acara sosialiasi atau pembekalan tertentu.

3. Penerapan Pembiasaan. Akhlak dan prinsip-prinsip keyakinan, termasuk di dalamnya ketrampilan anggota tubuh, membutuhkan adanya proses bertahap untuk dapat diraih dan harus dilakukan secara kebiasaan atau berulang-ulang sehingga tercapai dan dikuasai dengan baik, serta dapat dilaksanakan dengan mudah dan ringan, tanpa bersusah payah dan menemukan kesulitan sehingga dapat disebut kebiasaan baru yang lebih baik.

4. Punishmen and Reward. Hukuman menghasilkan suatu kedisiplinan pada generasi. Pada taraf yang lebih tinggi memberikan pendidikan penyadaran generasi untuk tidak melakukan suatu perbuatan yang dilarang oleh agama. Hadiah mampu memberikan stimulus motivasional untuk generasi, menambah kepercayaan dan yang lebih penting lagi bisa menjadi spirit generasi untuk berkarya.

Kegiatan peningkatan akhlak yang dapat dilakukan generasi masa kini dalam menyikapi dampak teknologi:

1. Menerapkan Etika Digital. Portal maya merupakan dunia integral baru di kehidupan masa kini. Dunia maya tidak bisa dibedakan dengan dunia nyata jika membahaskan norma kesopanan dan kehormatan. Jadi, diskursus mengenai prinsip etika merupakan sebuah hal urgent untuk dibahaskan dan diterapkan tidak hanya di dunia realita tapi juga dalam dunia maya.  Belajar mengenai etika bersosial media misalnya, menjadi hal penting bagi generasi masa kini pengguna sosial media. Seperti menghindari ujaran kebencian, hoaks, dan cyberbullying. Membatasi Konsumsi Konten Negatif, menghindari konten pornografi, kekerasan, dan hal-hal yang merusak moral, serta mengatur waktu agar tidak kecanduan media digital.

2. Mengikuti Kajian atau Konten Positif. Aktif mengikuti kegiatan konstruktif dan progressif seperti kajian, diskusi, dan telaah konten inspiratif di berbagai portal media informasi.

3. Mengembangkan Literasi Digital. Memulai kebiasaan literasi progresif dengan kontinyu kemudian menuangkan hasil telaah literatur atau studi konteksktual menjadi sebuah manifestasi karya tulis atau konten yang mendidik dan membangun. Membanjiri beragam portal media dengan konten yang edukatif dan mencerahkan dalam upaya menindih beragam konten buruk yang tersebar semua media saat ini seperti konten pornografi, kekerasan, radikal, dan terorisme. Ikut dalam kampanye anti-hoaks dan bijak bermedia sosial.

4. Berpartisipasi dalam Komunitas Sosial dan Religius. Mengikuti kegiatan sosial seperti bakti sosial, pembangunan forum progresif, dan turut serta mengedukasi masyarakat lewat komunitas baik online maupun offline.

5. Melatih Diri dengan Disiplin dan Empati. Salah satu dampak dari pesat jelma teknologi adalah menurunnya kedisiplinan dan empati. Maka itu, nilai disiplin tata aturan dan penguatan kepedulian terhadap sesama perlu ditumbuhkan dan ditingkatkan.

Disamping meningkatkan kapasitas religius dan etika, generasi masa kini juga sangat perlu meningkatkan kapasitas berteknologi secara bijak dan penuh keputusan yang presisi. Beberapa cara menjadi generasi ideal untuk mengiringi kemajuan teknologi dengan tetap bijak dan berkarakter kuat:

1. Melek Teknologi & Literasi Digital. Memanfaatkan teknologi untuk hal positif. Mengkontaminasi portal media dengan narasi dan konten positif, membendung trigger informasi negatif, hoaks, dan provokatif.

2. Kreatif dan Inovatif. Menggunakan teknologi untuk menciptakan produktivitas karya seperti narasi, konten positif, desain grafis dll. Tidak hanya menjadi pengguna tapi pelopor karya.

3. Berpikir Kritis dan Cerdas. Mampu menerapkan analisa media dan analisa sosial terhadap dampak baik dan buruk dari teknologi yang digunakan. Menerapkan prinsip etika yang benar dan bijak. Tidak melakukan cyberbullying atau kejahatan digital.

4. Memiliki Karakter Tangguh. Disiplin dan berprinsip dalam menggunakan teknologi digital. Konsisten antara nilai moral dan tindakan digital. Mandiri dan tidak hanya bergantung pada mesin teknologi masa kini.

5. Terus Belajar dan Adaptif. Menguasai keterampilan abad ini yaitu kolaboratif, komunikatif, adaptif dan problem solving.

Menjadi sebuah kewajiban tersendiri bagi generasi masa kini untuk menjadi persona yang memegang tampuk kendali teknologi, bukan terkuasasi oleh teknologi. Generasi yang inline dengan kemajuan teknologi, mampu bijak menyikapi excessive quality teknologi terkini, dengan tetap meningkatkan taraf dan quality keluhuran budi pakerti.

 

 

REFERENSI :

Suhartono dan Nur Rahma. 2019. Yulieta Pendidikan Akhlak Anak di Era Digital. AT-TUROTS: Jurnal Pendidikan Islam. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Madani. Volume 1, Nomor 2.


Post a Comment

0 Comments